Minggu, 28 April 2024
Analisis Semiotika pada Video Youtube Anies VS Prabowo VS Ganjar - Epic Rap Battles Of Presidency 2024
Minggu, 17 Maret 2024
Seberapa Penting sih Pendidikan Seksual Untuk Remaja?
Berikut akan dijlaskan menurut jurnal yang saya baca.
Jurnal Pertama :
Remaja dan Pendidikan Seks
Penulis : Ade Marta Putra, M.Pd
Universitas : STKIP Muhammadiyah Muara
Jurnal Ade Marta Putra, M.Pd, Mahasiswa Universitas STKIP Muhammadiyah Muara tahun 2018 dengan Judul “Remaja dan Pendidikan Seks”
Hasil penelitian ini menunjukan pemahaman Pendidikan seks dalam pandangan remaja. Semakin cepat laju perkembangan teknologi serta informasi mendorong masyarakat terintegrasi ke dalam satu sistem dunia mengglobal dan universal. Salah satunya, penemuan dalam bidang teknologi menjadikan dunia semakin mudah untuk akses oleh siapapun, di manapun dan kapanpun. Namun seiring terjadinya globalisasi serta kemajuan teknologi dan informasi tidak dipungkiri turut serta mengubah perilaku sosial di kalangan generasi muda dan persepsi individu terhadap nilai dari luar. Bahkan perkembangan teknologi mengakibatkan semakin terbukanya arus informasi yang mengandung seks di tengah-tengah masyarakat berbicara tentang seks di media baik cetak maupun elektronik serta kemudahan dalam mengaksesnya seperti melalui website di internet, VCD porno, film dewasa, akses situs porno di handphone dan cara lainnya. Seks menjadi bagian yang penting dan selalu diadopsi oleh teknologi baru (Brooks dalam Goldberg, 2004). Seperti yang diungkapkan oleh psikolog Elizabeth Hurlock (2000: 135): “Anak-anak masa kini tidak luput dari banjir seks di media massa, semua banjir seks di media massa; semua bentuk media massa, misalnya komik, film, televisi, dan surat kabar, menyuguhkan gambar dan informasi tentang seks yang meningkatkan minat anak.
Remaja menganggap pendidikan seks mampu menjawab keingintahuan dan rasa penasaran mereka akan segala hal yang berkaitan dengan seks. Remaja banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan seks dari media massa dan teman sebaya karena sumber Pendidikan tersebut dapat memberikan transparan pada mereka.
Pendidikan seks dipandang oleh remaja sebagai sesuatu hal yang menarik, bernilai positif, serta bermanfaat bagi mereka dalam membantu persoalan hidup remaja. Melalui pendidikan seks remaja mampu mengarahkan perilaku seksualnya agar tidak menyimpang dari norma yang adaserta dapat terhindar dari hal-hal yang negatif. Remaja menganggap pendidikan seks mampu menjawab keingintahuan dan rasa penasaran mereka akan segala hal yang berkaitan dengan seks. Oleh karena itu remaja menganggap pendidikan seks sebagai suatu kebutuhan dan mereka tidak tabu. Sumber pendidikan seks yang digunakan oleh remaja adalah media massa baik media cetak seperti koran,majalah, dan buku maupun media elektronik seperti televisi dan internet sertateman sebaya atau per group.
Menghadapi tantangan globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi diperlukan adanya sumber daya manusia yang berkualitas. Remaja merupakan bagian dari sumber daya manusia serta masa depan bangsa. Jumlah remaja sangat besar merupakan potensi sumber daya manusia yang sangat berharga apabila dapat dibina dengan baik. Sebaliknya potensi yang besar tersebut apabila tidak dibina dengan baik, akan menimbulkan berbagai persoalan serius seperti yang terjadi saat ini. Persoalan tersebut antara lain penyalahgunaan narkotika, kenakalan remaja, dan termasuk persoalan yang berkaitan dengan aktivitas seksual, seperti seperti pelecehan dan kekerasan seksual, hubungan seksual pra nikah, KTD (Kehamilan Tidak Dikehendaki), aborsi, pernikahan di usia muda, PMS (Penyakit Menular Seksual) termasuk HIV/AIDS serta permasalahan sosial lainnya yang sangat berpengaruh terhadap kesiapan remaja untuk menyongsong masa depan. Di samping remaja adalah manusia yang sedang berkembang secara fisik dan psikologis (emosi).
Berdasarkan hasi penelitian dapat disimpulkan bahwa :
1. Pendidikan seks dalam pandangan remaja sebagai sesuatu yang penting, bernilai positif, serta bermanfaat bagi mereka dalam membantu persoalan hidup remaja. Melalui pendidikan seks remaja mampu mengarahkan perilaku seksualnya agar tidak menyimpang dari norma yang ada serta dapat terhindar dari hal-hal yang negatif. Dengan kata lain remaja memandang pendidikan seks sebagai alat untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan seks. Remaja menganggap pendidikan seks mampu menjawab keingintahuan dan rasa penasaran mereka akan segala hal yang berkaitan dengan seks. Oleh karena itu remaja menganggap pendidikan seks sebagai suatu kebutuhan dan mereka tidak menabukannya.
2. Sumber pendidikan seks yang digunakan oleh remaja adalah media massa baik media cetak seperti koran, majalah, dan buku maupun media elektronik seperti televisi dan internet serta teman sebaya atau peer group. Remaja banyak mendapatkan informasi dan pengetahuan seks dari media massa dan teman sebaya karena sumber pendidikan tersebut dapat memberikan informasi dan pengetahuan secara terbuka dan transparan pada mereka. Pendidikan seks justru tidak didapat remaja dari lingkungan keluarga ataupun sekolah
3. Pengetahuan seputar seks yang dicari dan dibutuhkan oleh remaja adalah pengetahuan tentang HIV AIDS, menstruasi, penyakit kelamin, dampak atau resiko melakukan seks bebas, proses reproduksi atau hubungan seks dan gaya pacaran sehat
Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi bagi remaja di SMA
Penulis : Diana Teresa Pakasi, Reni Kartikawati
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas : Universitas Indonesia
Jurnal Diana Teresa Pakasi, Reni Kartikawati Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia tahun 2013 dengan Judul “Pendidikan Seksualitas dan Kesehatan Reproduksi bagi remaja di SMA”
Hasil penelitian ini menganalisis pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi bagi remaja yang telah dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah pada jenjang SMA menggunakan metode mixed methods, yaitu kuantitatif yang di didukung oleh kualitatif.
Metode kuantitatif, yaitu survei dilakukan terhadap 918 siswa dan 128 guru SMA dan didukung oleh diskusi kelompok terfokus dan wawancara mendalam di delapan kota di Indonesia.
Metode kualitatif data kualitatif yang digunakan adalah wawancara mendalam terhadap kepala sekolah, perwakilan orang tua murid, pemerintah daerah (Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Kementerian Agama, Dinas Pemuda, Kantor KB dan Pemberdayaan Perempuan), anggota legislatif dari komisi yang terkait kesehatan reproduksi, serta tokoh agama/tokoh masyarakat. Dalam setiap wawancara mendalam diperlukan waktu 90 menit sampai dengan 120 menit. Sementara untuk diskusi kelompok terfokus dilakukan terhadap empat kelompok disetiap kota, yaitu dua kelompok siswa (laki-laki dan perempuan), kelompok organisasi masyarakat sipil yang memiliki program kesehatan reproduksi, dan kelompok guru. Jumlah peserta diskusi kelompok terfokus dibatasi 8–10 orang dengan waktu diskusi 120 menit. Wawancara mendalam dan diskusi kelompok terfokus dilakukan untuk menggali informasi terkait dengan norma budaya terkait seksualitas, persoalan seksualitas remaja, pendidikan, informasi, dan layanan yang tersedia bagi remaja, serta pandangan penyedia layanan tersebut tentang kesehatan reproduksi dan seksual remaja.
Terkait dengan hal tersebut, temuan penelitian ini juga menunjukkan bahwa meskipun telah terdapat pendidikan seksualitas di sekolah, namun pengetahuan remaja masih sangat terbatas. Masih terdapat responden siswa yang berpendapat bahwa perempuan tidak akan hamil jika berhubungan seks pada masa subur (36,3%) dan meyakini mitos jamu/obat herbal dapat mencegah kehamilan (36,4%). Lebih lanjut, responden juga masih ada yang mengaku tidak tahu sama sekali mengenai kesehatan reproduksi (18,5%) maupun kesehatan seksual (27,8%). Hal ini menyebabkan remaja semakin rentan, terutama remaja perempuan, karena rendahnya pengetahuan dan juga tidak berdaya untuk menghindari diri dari pelecehan seksual dan kehamilan yang tidak diinginkan yang telah diungkapkan sebelumnya
Terlepas dari persoalan kesehatan reproduksi dan seksual tersebut, remaja masih menyadari bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi penting bagi mereka. Sebanyak 97,9% responden menginginkan diberikannya pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi di sekolah mereka. Bahkan, sebanyak 37,9% berpendapat materi kesehatan reproduksi perlu menjadi mata pelajaran khusus, 31% menghendaki materi tersebut diberikan di luar mata pelajaran, dan 29% diberikan dengan digabungkan dengan mata pelajaran yang sudah ada. Ini menunjukkan bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi mendapat dukungan dari remaja dan dirasakan sebagai kebutuhan. Hal ini dapat merupakan titik awal untuk merumuskan Pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi yang sesuai kebutuhan dan realitas remaja.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi tidak sesuai dengan realitas perilaku seksual dan resiko seksual yang dihadapi remaja karena:
1. Pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduk si yang sudah diberikan pada jenjang SMA lebih menitikberatkan pada aspek biologis semata;
2. Masih adanya anggapan bahwa seksualitas merupakan hal yang tabu untuk diberikan di sekolah;
3. Pendidikan cenderung menekankan pada bahaya dan resiko seks pranikah dari sudut pandang moral dan agama;
4. Pendidikan belum memandang pentingnya aspek relasi gender dan hak remaja dalam kesehatan reproduksi dan seksual remaja.
Agar lebih efektif, pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi perlu mengkonstruksikan seksualitas remaja secara positif sebagai makhluk seksual (sexual being) yang memiliki hak kesehatan reproduksi dan agar dapat bertanggung jawab terhadap kesehatan seksual dan reproduksinya. Selain itu, perlu pula memahami keterkaitan antara seksualitas dan kesehatan reproduksi terutama melihat aspek kenikmatan seksual (sexual pleasure dan sexual pleasure-seeking) dan dampaknya terhadap risiko seksual di kalangan remaja. Hal yang juga penting agar pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi berhasil adalah pendidikan tersebut didasarkan oleh kepentingan dan persoalan yang didefinisikan oleh remaja.
Kebutuhan Pendidikan Seksual Pada Remaja Berdasarkan Survei Persepsi Pendidikan Seksual Untuk Remaja
Penulis : Ipan Saripah Dkk
Jurusan : Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi
Universitas : Universitas Pendidikan Indonesia
Pendidikan seksual masih dianggap tabu oleh masyarakat, yang berdampak pada remaja memiliki pengetahuan tentang pendidikan seksual yang kurang. Akibatnya, remaja melakukan pencarian tentang “seks” dari sumber yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kebutuhan pendidikan seksual remaja berdasarkan hasil survei persepsi pendidikan seksual remaja. Pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX SMA dan SMK di Bandung. Sampel penelitian diambil menggunakan sampel non-probabilitas dengan teknik random sampling, sehingga didapatkan 618 responden.Pengumpulan data didapatkan dari penyebaran instrumen persepsi pendidikan seksual pada remaja dan Focus Group Discussion (FGD) bersama guru-guru pada sekolah yang dijadikan responden. Analisis pengolahan data dilakukan dengan penentuan kelompok siswa dengan kategori dimulai dengan konversi skor mentah menjadi skor matang dan menggunakan batas ideal yang ditentukan serta berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD).
Hasil penelitian ini untuk mengetahui kebutuhan pendidikan seksual remaja. Berdasarkan hasil survei persepsi pendidikan seksual remaja Pengumpulan data didapatkan dari penyebaran instrumen persepsi pendidikan seksual pada remaja dan Focus Group Discussion (FGD) bersama guru-guru pada sekolah yang dijadikan responden. Analisis pengolahan data dilakukan dengan penentuan kelompok siswa dengan kategori dimulai dengan konversi skor mentah menjadi skor matang dan menggunakan batas ideal yang ditentukan serta berdasarkan hasil Focus Group Discussion (FGD).
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Penelitian menghasilkan temuan bahwa remaja kelas IX SMA dan SMK di kota Bandung memiliki persepsi pendidikan seksual yang baik (74,44 %). Jika diurutkan, aspek yang memiiliki tingkat pencapaian tertinggi yaitu (1) toleransi, inklusi, dan rasa hormat, (93,1 %) (2) nilai budaya dan perilaku seksual sehat (80,078 %), (3) komitmen jangka panjang (77,133 %), (4) pertemanan, cinta, dan hubungan romantis (76,289 %), (5) pribadi dan keluarga (65,794 %). Dalam aspek pribadi dan keluarga, masih terdapat beberapa indikator yang membutuhkan pengembangan lebih lanjut dalam pendidikan seksual. Pendidikan seksual harus mencakup sains dan agama dan berjalan beriringan dengan pertumbuhan dan perkembangan remaja. Guru Bimbingan dan Konseling diharapkan memilik perencanaan layanan bimbingan yang komprehensif sesuai UNESCO dalam mengaplikasikan pendidikan seksual. Hasil penelitian ini, sebagai rekomendasi model pendidikan seksual komperhensif remaja yang dapat digunakan oleh praktisi pendidikan guna menciptakan perilaku seksual sehat pada remaja.
Berdasarkan ringkasan dari ketiga jurnal tersebut, dapat disimpulkan beberapa poin utama:
- Pentingnya Pendidikan Seksual bagi Remaja: Ketiga jurnal menunjukkan bahwa pendidikan seksual dianggap penting oleh remaja. Mereka melihatnya sebagai alat untuk mengarahkan perilaku seksual mereka agar sesuai dengan norma yang ada dan untuk menghindari dampak negatif seperti penyalahgunaan seks.
- Sumber Informasi Pendidikan Seksual: Remaja banyak mendapatkan informasi tentang seks dari media massa, teman sebaya, dan internet. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sekitar remaja sangat mempengaruhi pemahaman mereka tentang seksualitas.
- Keterbatasan Pengetahuan: Meskipun pendidikan seksual telah diberikan di sekolah, pengetahuan remaja masih terbatas. Mereka memiliki kesalahpahaman tentang kesehatan reproduksi dan seksualitas, seperti mitos tentang konsepsi dan cara mencegah kehamilan.
- Dukungan untuk Pendidikan Seksual: Mayoritas remaja menyatakan keinginan untuk mendapatkan pendidikan seksual di sekolah. Mereka melihatnya sebagai kebutuhan penting untuk mengatasi masalah yang berkaitan dengan seksualitas dan kesehatan reproduksi.
- Kritik terhadap Pendidikan Seksual yang Ada: Ada kritik terhadap pendidikan seksual yang telah diberikan, termasuk fokus yang terlalu banyak pada aspek biologis, pandangan yang masih tabu terhadap seksualitas, dan kurangnya penekanan pada aspek relasi gender dan hak remaja.
- Tantangan dalam Pendidikan Seksual: Meskipun pendidikan seks telah diberikan di sekolah, masih ada beberapa tantangan yang perlu diatasi, seperti penekanan yang terlalu kuat pada aspek biologis, pandangan tabu terhadap seksualitas, dan ketidakmengertian terhadap pentingnya aspek relasi gender dan hak remaja dalam kesehatan reproduksi dan seksual.
- Rekomendasi untuk Pendidikan Seksual yang Lebih Efektif: Rekomendasi yang diberikan meliputi perlunya memahami seksualitas secara positif, mengintegrasikan aspek agama dan sains, serta memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan remaja. Pendidikan seksual juga harus disesuaikan dengan kebutuhan dan persepsi remaja untuk menciptakan perilaku seksual yang sehat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pendidikan seksual yang efektif harus memperhatikan konteks sosial, kebutuhan, dan persepsi remaja serta memperluas cakupan materi untuk mencakup aspek-aspek yang lebih holistik dan relevan dengan kehidupan remaja modern.
Sabtu, 16 Maret 2024
Biografi Ibnu Sina Ilmuwan Islam
Biografi Ibnu Sina
Kemampuan Dalam Bidang Kedokteran dan Filsafat
Karya-karya dari Ibnu Sina
- Al-Qanun fi Thib (aturan pengobatan)
- Asy Syifa (terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan)
- Al-Inshaf (buku tentang keadilan sejati)
- An-Najah (buku tentang kebahagiaan Jiwa)
- Al-Musiqa (Buku tentang musik)
- dan sebagainya.
- Hayy ibn Yaqzhan
- Risalah Ath-Thair
- Risalah fi Sirr Al-Qadar
- Risalah fi Al- 'Isyq
- Tahshil As-Sa'adah
- Al-Urjuzah fi Ath-Thibb
- Al-Qasidah Al-Muzdawiyyah
- Al-Qasidah Al- 'Ainiyyah